Sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen antara lain tujuan instruksional, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, sumber dan media, dan evaluasi. Sebagai salah satu komponen pengajaran, media memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting. Gerlach dan Ely (dalam Ibrahim, 1982 : 7) menyatakan bahwa “ intructional media play a key role in the design and use of sistematic instruction “ (media instruksional memainkan peran penting dalam desain dan penggunaan pengajaran yang sistematis)
Seorang peserta didik akan dapat memperoleh pemahaman atau pengetahuan dengan cara mengelola rangsangan dari luar yang ditanggapi oleh inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran, maupun indera lainnya. Semakin tanggap seseorang tentang obyek orang atau kejadian semakin baik pula proses pengetahuan atau pemahaman yang dialami.
Pada konteks inilah, media memainkan perannya dengan membantu dan memfasilitasi peserta didik lebih mudah memahami dan mengelola apa yang diterimanya. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar secara tepat dapat membantu menjadikan pengalaman belajar lebih jelas. Edgar Dale (dalam Lataheru; 1988: 23) menyebutkan beberapa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut: (1) Perhatian anak terhadap materi tinggi: (2) Anak didik mendapatkan pengalaman kongkret; (3) Mendorong anak untuk belajar secara mandiri; (4) Hasil yang dipelajari atau diperoleh anak didik sulit dilupakan.
Sebagai alat untuk pengajaran pembelajaran, media selalu memfasilitasi tugas pembelajaran yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur bagi peserta didik. Dalam hal-hal tertentu dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas dan menarik. Fungsi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik walaupun tanpa kehadiran guru secara fisik.
Ada tiga kemampuan atau fungsi media menurut Gerlach dan Ely (dalam Ibrahim, 1982 : 10-11 ) yang meliputi :
(1) Kemampuan fiksatif ( Fixatif property)
Media memiliki mkemampuan menangkap, menyimpan, dan kemudian menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu obyek atau kejadian dapat digambar , dpotret, difilmkan, atau direkam kemudian disimpan lama pada saat yang diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
(2) Kemampuan manipulatif (manipulative property)
Media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan. Artinya, penampilan suatu obyek atau kejadian dapat dirubah-rubah ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang.
(3) Kemampuan distributive ( Distributive Property)
Media dapat menjangkau audience yang sangat banyak dalam sekali penampilan obyek atau kejadian .
Sementara dalam konteks berlangsungnya proses belajar dengan segala dinamikanya, media mempunyai fungsi atau peran untuk menghindari hambatan atau gangguan komunikasi dalam poroses kegiatan belajar mengajar (idem, 1982: 12). Secara garis besar peranan media yang dimaksud antara lain:
(1) Menghindari terjadinya verbalisme
(2) Membangkitkan minat atau motivasi siswa;
(3) Menarik perhatian siswa;
(4) Mengatasi keterbatasan: ruang, waktu, dan ukuran;
(5) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar: dan
(6) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
Secara lebih rinci, Ibrahim (1982: 11), menyebutkan salah satu hambatan komunikasi yang bisa dipecahkan melalui penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah: perhatian yang tidak terpusat. Hal ini diantaranya disebabkan oleh:
a) Anak memang tidak ingin memusatkan perhatian (gangguan fisik)
b) Ingatan anak yang lebih terpaku pada hal lain yang lebih menarik perhatian mereka
c) Anak melamun atau menghayal
d) Prosedur penyampaian bahan pengajaran yang membosankan
e) Sumber informasi tunggal tanpa variasi
f) Kurang adanya pengawasan dan bimbingan dari guru yang sedang mengajar.
Pendek kata, media membantu kita memotivasi peserta didik dengan membawa sepenggal kehidupan sebenarnya ke dalam kelas sehingga dapat membantu peserta didik memproses informasi dan membebaskan guru dari keharusan memberikan penjelasan yang berlebihan, dan bisa menghasilkan kontekstualisasi, dan titik muara untuk aktivitas-aktivitas kelas.