Siapa bilang biaya penyelenggaraan praktik pendidikan kejuruan sangat mahal. Meski tak sedikit orang tua yang berpikir bahwa semakin mahal biaya sekolah, maka semakin bagus kualitasnya, namun tentunya pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Oleh sebab itu agar pendidikan kejuruan dapat membiayai sendiri tanpa mengandalkan bantuan pemerintah maka lembaga pendidikan kejuruan harus mengembangkan kewirausahaan berbasis pendidikan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Teaching factory atau bussines center merupakan satu wujud nyata tempat pembelajaran kewirausahaan dalam mendukung pengembangan edupreneurship di SMK
Edupreneurship merupakan bagian dari entrepreneurship
yang unik di bidang pendidikan. Entrepreneurship adalah
usaha kreatif atau inovatif dengan melihat atau menciptakan
peluang dan merealisasikannya menjadi sesuatu yang memiliki
nilai tambah (ekonomi, sosial, dll). Entrepreneurship di bidang
sosial disebut sosiopreneurship, di bidang edukasi disebut
edupreneurship, di internal perusahaan disebut
interpreneurship, di bidang bisnis teknologi disebut
teknopreneurship (Ikhwan Alim, 2009).
Oxford Project, (2012) menjelaskan edupreneurship
adalah sekolah-sekolah yang selalu melakukan inovasi yang
bermakna secara sistemik, perubahan transformasional, tanpa
memperhatikan sumber daya yang ada, kapasitas saat ini atau
tekanan nasional dalam rangka menciptakan kesempatan
pendidikan baru dan keunggulan. Dua pengertian tersebut
mengandung makna yang berbeda. Dalam pengertian
pertama, edupreneurship lebih banyak berorientasi pada profit
yang banyak memberi keuntungan finansial. Definisi kedua
lebih umum yaitu semua usaha kreatif dan inovatif sekolah
yang berorientasi pada keunggulan.
Konsep edupreneurship ditekankan pada usaha kreatif atau inovatif yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh prestasi sekolah dan menambah income. Prestasi sekolah mungkin tidak langsung membuahkan keuntungan finansial tetapi sekolah yang berprestasi memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapat penghargaan, bantuan, dan input siswa yang lebih baik. Dengan modal prestasi ini, sekolah sedikit demi sedikit akan mengalami kemajuan sampai menjadi sekolah unggul. Dalam konteks ini, unggul tidak memberi dampak finansial secara langsung tetapi merintis masa depan yang lebih sukses. Setelah menjadi sekolah unggul, peluang dan kesempatan untuk mencari tambahan income semakin mudah didapatkan. Banhyak lembaga pendidikan unggul yang ada pada saat ini cenderung menarik biaya pendidikan yang mahal dari peserta didiknya. Lembaga pendidikan berubah menjadi pabrik-pabrik pendidikan. Banyak lembaga pendidikan yang hanya mengejar kuantitas tanpa memperhatikan kualitas input maupun outputnya. Sebagian output/lulusan dapat memperoleh prestasi akademik tinggi tetapi belum tentu mampu beradaptasi, kreatif, inovatif dan kompetitif dalam menghadapi dunia kerja. Dalam teaching factory, siswa SMK disiapkan untuk menjadi lulusan yang siap kerja, cerdas, kompetitif dan memiliki kemampuan atau pengetahuan sesuai dengan tuntutan dunia kerja
Sekolah Menengah Kejuruan memiliki potensi untuk mengembangkan edupreneurship. Jenis usaha yang mendukung prestasi akademik lembaga pendidikan menjadi unggul sekaligus membawa keuntungan finansial antara lain industri kreatif dan industri yang berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based industry). Industri kreatif merupakan industri yang berlandaskan pada kreasi intelektual yang cepat berubah, berinovasi tinggi, beresiko tinggi, memiliki keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru (Renstra Kemdag, 2010-2015). Jenis usaha yang termasuk ke dalam industri kreatif antara lain: arsitektur, periklanan, barang seni (lukisan, patung), kerajinan, disain, mode/fashion, musik, permainan interaktif, seni pertunjukan, penerbitan-percetakan, layanan komputer dan piranti lunak (software), radio dan televisi, riset dan pengembangan, kerajinan, serta film-videofotografi. Industri berbasis ilmu pengetahuan adalah industri yang memperlakukan teknologi dan/atau sumber daya manusia sebagai input dari keberlangsungan suatu industri. Contoh industri yang berbasis ilmu pengetahuan antara lain industri bio-teknologi, nano-teknologi, perangkat lunak, perkapalan dan kedirgantaraan, elektronika dan peralatan listrik, teknologi informasi dan peralatan komunikasi, serta peralatan energi dan lingkungan (Renstra Kemperin, 2010-2015). Zhao (2012) menambahkan bahwa untuk menumbuhkan pengusaha yang kompeten secara global, sekolah perlu mengubah diri menjadi perusahaan global yang membuat produk untuk pasar global, memanfaatkan sumber daya dari seluruh dunia, dan memperluas kampus mereka di luar lokasi gedung yang ada saat ini.
Kini pemerintah menyadari bahwasanya pendidikan kejuruan dapat menjadi tulang punggung perbaikan ekonomi negara dalam jangka panjang yang lebih futuristik jika kompetensi lulusannya diarahkan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dan perkembangan bisnis. Peluang kerja di sektor formal sebagai pegawai negeri atau pegawai kantor semakin kompetitif sehingga sering terjadi penumpukan pasokan calon tenaga kerja lulusan SMK. Berdasarkan Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 7 Mei 2012 tentang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut jenjang pendidikan, TPT lulusan SMK masih cukup banyak. TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34 persen dan TPT Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51 persen.
Konsep edupreneurship ditekankan pada usaha kreatif atau inovatif yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh prestasi sekolah dan menambah income. Prestasi sekolah mungkin tidak langsung membuahkan keuntungan finansial tetapi sekolah yang berprestasi memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapat penghargaan, bantuan, dan input siswa yang lebih baik. Dengan modal prestasi ini, sekolah sedikit demi sedikit akan mengalami kemajuan sampai menjadi sekolah unggul. Dalam konteks ini, unggul tidak memberi dampak finansial secara langsung tetapi merintis masa depan yang lebih sukses. Setelah menjadi sekolah unggul, peluang dan kesempatan untuk mencari tambahan income semakin mudah didapatkan. Banhyak lembaga pendidikan unggul yang ada pada saat ini cenderung menarik biaya pendidikan yang mahal dari peserta didiknya. Lembaga pendidikan berubah menjadi pabrik-pabrik pendidikan. Banyak lembaga pendidikan yang hanya mengejar kuantitas tanpa memperhatikan kualitas input maupun outputnya. Sebagian output/lulusan dapat memperoleh prestasi akademik tinggi tetapi belum tentu mampu beradaptasi, kreatif, inovatif dan kompetitif dalam menghadapi dunia kerja. Dalam teaching factory, siswa SMK disiapkan untuk menjadi lulusan yang siap kerja, cerdas, kompetitif dan memiliki kemampuan atau pengetahuan sesuai dengan tuntutan dunia kerja
Sekolah Menengah Kejuruan memiliki potensi untuk mengembangkan edupreneurship. Jenis usaha yang mendukung prestasi akademik lembaga pendidikan menjadi unggul sekaligus membawa keuntungan finansial antara lain industri kreatif dan industri yang berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based industry). Industri kreatif merupakan industri yang berlandaskan pada kreasi intelektual yang cepat berubah, berinovasi tinggi, beresiko tinggi, memiliki keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru (Renstra Kemdag, 2010-2015). Jenis usaha yang termasuk ke dalam industri kreatif antara lain: arsitektur, periklanan, barang seni (lukisan, patung), kerajinan, disain, mode/fashion, musik, permainan interaktif, seni pertunjukan, penerbitan-percetakan, layanan komputer dan piranti lunak (software), radio dan televisi, riset dan pengembangan, kerajinan, serta film-videofotografi. Industri berbasis ilmu pengetahuan adalah industri yang memperlakukan teknologi dan/atau sumber daya manusia sebagai input dari keberlangsungan suatu industri. Contoh industri yang berbasis ilmu pengetahuan antara lain industri bio-teknologi, nano-teknologi, perangkat lunak, perkapalan dan kedirgantaraan, elektronika dan peralatan listrik, teknologi informasi dan peralatan komunikasi, serta peralatan energi dan lingkungan (Renstra Kemperin, 2010-2015). Zhao (2012) menambahkan bahwa untuk menumbuhkan pengusaha yang kompeten secara global, sekolah perlu mengubah diri menjadi perusahaan global yang membuat produk untuk pasar global, memanfaatkan sumber daya dari seluruh dunia, dan memperluas kampus mereka di luar lokasi gedung yang ada saat ini.
Kini pemerintah menyadari bahwasanya pendidikan kejuruan dapat menjadi tulang punggung perbaikan ekonomi negara dalam jangka panjang yang lebih futuristik jika kompetensi lulusannya diarahkan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dan perkembangan bisnis. Peluang kerja di sektor formal sebagai pegawai negeri atau pegawai kantor semakin kompetitif sehingga sering terjadi penumpukan pasokan calon tenaga kerja lulusan SMK. Berdasarkan Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 7 Mei 2012 tentang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut jenjang pendidikan, TPT lulusan SMK masih cukup banyak. TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34 persen dan TPT Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51 persen.
Lembaga pendidikan dinyatakan unggul jika mampu
memberdayakan pendidik dan peserta didik untuk menjadi orang sukses dan
menyumbang kesuksesan pada lembaganya. Kesuksesan lembaga pendidikan kejuruan
dinilai dari seberapa besar lulusannya dapat terserap di dunia kerja atau
berwirausaha. Untuk menjadi lembaga yang unggul, SMK diharapkan mampu
menyiapkan siswanya agar memiliki kompetensi kerja sesuai tuntutan dunia
industri atau memberi berbagai macam bekal pengetahuan dan keterampilan untuk
menjadi seorang wirausaha (entrepreneur).
Upaya ini tentu tidak hadir tanpa kendala, meski kebijakan
penambahan jumlah peserta didik SMK telah direspon oleh masyarakat sehingga
jumlah SMK saat ini lebih banyak daripada SMA. Namun demikian Penambahan jumlah
SMK ternyata tidak diimbangi dengan penambahan guru SMK. Data thun 2014 menunjukkan
jumlah SMK lebih banyak dari SMA namun jumlah guru dan pegawai SMK lebih
sedikit daripada jumlah guru dan pegawai SMA. Meskipun guru tidak berpengaruh langsung
terhadap daya serap lulusan, tetapi jika jumlah dan kualitas guru kurang
memadai, maka siswa juga kurang mendapat pelayanan pendidikan yang diperlukan
untuk bekerja. Di sisi lain, jumlah industri yang menyerap tenaga kerja lulusan
SMK juga terbatas sehingga banyak lulusan SMK yang tidak terserap di dunia
kerja.
Tantangan lain hadir seiring SMK Swasta mendominasi jumlah
SMK hingga mencapai 74,13%. Jumlah SMK swasta yang lebih banyak menunjukkan
partisipasi masyarakat terhadap pendidikan cukup tinggi. Di sisi lain, jumlah
SMK yang terlalu banyak dapat menyebabkan kejenuhan lulusan, karena lulusan
hanya disiapkan untuk beberapa jenis pekerjaan tertentu. Jika lulusan tidak
dibekali dengan keterampilan lain dan kemampuan beradaptasi maka mereka juga
sulit memperoleh pekerjaan.
No comments:
Post a Comment